Lanjutan Ulasan Jurnal (Penyerapan Nilai-nilai Karakter Budaya Banjaran) Bagian 2

Lanjutan Ulasan Jurnal "Penyerapan Nilai-nilai Karakter Budaya Banjaran" Bagian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 

1. Akulturasi Nilai Budaya Banjaran dalam Pembentukan Perilaku

Poin ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai peran budaya banjaran dalam membentuk karakter santri di Pesantren Musthafawiyah. Budaya banjaran menjadi faktor penting dalam membentuk nilai dan sikap santri, seperti kemandirian, inovasi, kreativitas, motivasi kewirausahaan, religiositas, komunikasi, sosial kemasyarakatan, ketahanan mental dan fisik, moderasi, toleransi, dan ukhuwah. Analisis terhadap sistem pengelolaan pesantren yang dilakukan melalui analisis sistem-proses-output juga memberikan gambaran yang jelas mengenai cara pengelolaan pesantren dan pembentukan karakter santri. 


Dalam analisis tersebut, terdapat poin-poin penting seperti sistem penerimaan santri baru, program kegiatan pesantren, dan orientasi nilai pesantren yang mangarah kepada pembentukan nilai kemandirian, kewirausahaan, dan religiositas. Selain itu, pendahuluan juga mengungkapkan bagaimana interaksi santri dengan masyarakat dan alumni, yang menggambarkan nilai komunikasi, solidaritas, dan tolong-menolong. Tinjauan terhadap aspek religiositas juga memberikan gambaran mengenai sentra kegiatan di pesantren dan fungsi pesantren dalam menciptakan tatanan masyarakat yang stabil. Secara keseluruhan, pendahuluan ini memberikan gambaran yang sangat informatif dan membantu untuk memahami pentingnya budaya banjaran dalam membentuk karakter santri di pesantren Musthafawiyah.


2. Internalisasi dan Fungsi Budaya Banjaran: Identitas Pembeda

Poin ini menggambarkan tentang identitas pesantren Musthafawiyah yang di dalamnya tercermin nilai-nilai kesederhanaan, rendah hati, suci jiwa, dan antusiasme dalam mengejar ilmu. Santri-santri pesantren memiliki kebebasan dalam memilih tempat tinggal dan kegiatan ekstrakurikuler, serta menunjukkan sikap tanggung jawab, kemerdekaan, dan jujur. Selain itu, pesantren juga menciptakan lingkungan yang toleran dan multikultural melalui model kepemimpinan demokratis.


3. Komitmen Bersama

Poin ini memberikan gambaran tentang komitmen bersama di pesantren dalam menciptakan lingkungan yang sarat dengan kegiatan pembangunan karakter dan pengembangan keterampilan yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan berbagai bentuk, seperti pengorganisasian yang melibatkan para ustaz dan para santri senior dalam pola pengawasan banjar. Operasionalisasi kegiatan yang dijelaskan dalam pendahuluan juga terlihat terstruktur dengan baik, mulai dari pembentukan koordinator guru senior, pembentukan jadwal supervisi guru junior, pembentukan organisasi santri dan Persatuan Keluarga Besar Musthafawiyah, hingga sistem penempatan santri senior sebagai pembimbing bagi santri-santri junior. Hal ini menunjukkan bahwa pesantren tersebut memiliki sistem yang terorganisir dengan baik untuk mendukung kegiatan pembangunan karakter dan pengembangan keterampilan.


Meski uaraian ini telah memberikan gambaran yang cukup jelas tentang komitmen dan operasionalisasi kegiatan di pesantren, lebih baik jika terdapat informasi lebih lanjut tentang hasil konkret dari kegiatan tersebut. Misalnya, bagaimana dampak kegiatan tersebut terhadap pembangunan karakter dan pengembangan keterampilan para santri, atau bagaimana kegiatan tersebut dapat membantu para santri dalam menghadapi tantangan di masa depan. Oleh karena itu, informasi lebih lanjut dapat memberikan pemahaman yang lebih lengkap dan mendalam tentang pesantren tersebut.


4. Stabilisasi sistem sosial

Poin ini memberikan gambaran mengenai stabilnya sistem sosial yang tercipta di Pesantren Mushafawiyah. Pesantren ini memiliki santri yang berasal dari berbagai daerah dan suku yang berbeda, namun dapat hidup berdampingan dengan rukun dan damai karena nilai Pancasila yang dipegang teguh. Sistem pengawasan abang senior yang dilaksanakan di banjar sebagai abang asuh juga membantu menjaga stabilitas sosial di pesantren. Selain itu, manajemen banjar yang diterapkan oleh Pesantren Mushafawiyah juga memperlihatkan pola manajerial yang efektif dalam membentuk kedisiplinan dan keteladanan santri. 


Dengan formalisasi aturan dan kebijakan yang berorientasi pada penanaman jiwa keikhlasan, sukarela, dan nilai-nilai keislaman, Pesantren Mushafawiyah mampu membentuk kombinasi idealisme-profesionalisme yang utuh. Penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah dan Osman Ghani et. all. juga menunjukkan bahwa perilaku yang mencerminkan spirit keislaman dapat meningkatkan kinerja organisasi dan membentuk perilaku profesional yang baik. Oleh karena itu, konsep manajemen yang diadopsi oleh Pesantren Mushafawiyah dapat menjadi contoh bagi institusi lainnya dalam membentuk sistem sosial yang stabil dan efektif. (admin@rpenta)


Baca lanjutan ulasan jurnal bagian 3 di sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar